Jumat, 15 Januari 2010

AFIKSASI BAHASA DAWAN


PENGANTAR

Setiap Bahasa di dunia memiliki karakteristik sendiri – sensiri. Sama halnya dengan bahasa Meto’ (Uab Meto’) khususnya Diaelek Amanuban, yaitu bahasa ibu (mother tongue) dari penulis sendiri.

Apa yang dipaparkan dalam tulisan sederhana ini adalah berdasarkan pemahaman penulis sebagai penutur asli Uab Meto’ dan didukung oleh pendapat para ahli. Oleh karena itu semua pikiran dan pendapat serta uraian dalam tulisan ini tidak dapat digeneralisasikan.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran masih diperlukan demi perbaikan tulisan ini, terutama para pendahulu yang telah menulis tentang bahasa Meto’, khususnya Dialek Amanuban


Kupang, Januari 2008



AFIKSASI BAHASA DAWAN KHUSUSNYA

DIALEK AMANUBAN

I. Pendahuluan

Sebagai manusia kita membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi.. Dengan bahasa kita dikenal., melalui bahasa kita mengerti. , didalam bahasa kita saling mengerti, dan dengan bahasa pula kita saling kenal.

Sejauh ini bahasa didefinisikan oleh para ahli sebagai berikut:

1. Language is a system of arbitrary, vocal symbols which permit all people in a given culture, or other people who have learned the system of that culture, to communicate or to interact (Finocchiaro 1964 : 8)

2. Language is a system of communication by sound, operating through the organs of speech and hearing, among members of a given community, and using vocal symbols possessing arbitrary conventional meanings ( Pei 1966 : 141)

3. Language is any set or system of linguistic symbols as used in a more or less uniform fashion by a number of people who are thus enabled to communicate intelligibly with one another (Random House Dictionary of the English Language 1966 : 806)

4. Language is a system of arbitrary vocal symbols used for human communication (Wardaugh 1972 : 3)

5. Language is any means, vocal or other, of expressing or communicating feeling or thought ….. a system of conventionalized signs, especially words, or gestures having fixed meanings

(Webster’s New International Dictionary of the English Language 1934 : 1390)

6 Language is a systematic means of communicating ideas or feelings by the use of conventionalized signs, sounds, gestures, or marks having understood meanings (Webster’s Third New International Dictionary of the English Language 1961 : 127)

Dari definisi di atas, kita datang pada satu kebenaran bahwa bahasa berbeda satu sama lain. Ia berbeda berdasarkan budaya yang dimiliki oleh daerah tertentu. Bahasa merupakan sistim bunyi yang memiliki arti suka – suka sesuai dengan konvensi sosial seperti yang dikatakan. Pei, (1966) yang dikutip oleh Brown (1987)

Pendapat di atas mendukung penulis bahwa semua bahasa, ternasuk bahasa Meto’, bahasa yang dituturkan oleh orang Timor, mulai dari, wilayah Timor Tengah Utara sampai wilayah Kupang. (Grimes, 2000),

Bahasa Meto’ sendiri memiliki perbedaan-perbedaan sesuai dengan suku etnis yang menuturkannya. Perbedaan-perbedaan tersebut terlihat jelas dari bagaimana mereka menuturkannya. Hal ini oleh Kushartanti dkk (2005: 234) disebut variasi bahasa yang pada umumnya disebabkan oleh faktor geografis, politik, ekonomi, dan sosial budaya.

Dalam tulisan ini penulis memilih salah satu dialek yang dituturkan oleh masyarakat disekitar daerah Amanuban -Timor Tengah Selatan. Penulis mencoba menguraikan dan memaparkan tata bentuk kata khususnya afiksasi dalam bahasa Meto’, khususnya dialek Amanuban

Afiksasi menurut Nida (1967 : 17) adalah pembentukan kata dengan menambahkan bunyi pada komponen utama atau kata dasar, baik itu di awal kata, di tengah, maupun di akhir kata.

Kata, didefinisikan oleh Hornby (1955 : 137) sebagai bunyi atau kelompok bunyi yang mengekspresikan arti dan membentuk satu unit mandiri dalam bahasa. Kata kemudian dibagi menjadi dua bagian; kata dasar yang kemudian disebut morfem bebas dan kata bentukan yang kemudian disebut morfem terikat. (Adrian, 1988 : 58)

Tarigan (1987 : 20) mendukung pendapat dari Nida (1967) di atas dengan membagi afiksasi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Awalan (Prefiks): Pelekatan bunyi pada awal sebuah kata dasar untuk membentuk kata baru

Contoh dalam bahasa Indonesia:

- me + nyanyi =menyanyi

- di + makan =diminum

- ber + jalan =berjalan

- ter + bawa =terbawa

- pe + ramal =peramal

- dll

2. Akhiran (Suffiks) Pelekatan bunyi di akhir dari sebuah kata dasar untuk membentuk kata baru

Contoh :

- mashur + kan =mashurkan

- peluk + an =pelukan

- ikut + i = ikuti

- derma + wan = dermawan

3. Sisipan (Infiks) : Pewnyisipan bunyi ditengah sebuah kata dasar, untuk membentuk kata baru. Namun dalam bahasa Meto’ khususnya dialek Amanuban, tidak ada sisipan (infiks

II. Afiksasi Dialek Amanuban dalam Bahasa Meto’

Bahasa Meto’ menurut Sanga dkk, yang menyebutnya bahasa Dawan (1989 : 1) berasal dari dua kata yaitu : uab yang berarti bahasa, dan meto yang artinya orang – orang yang tinggal di daratan. Jadi Bahasa Meto’ adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh orang – orang yang hidup di daratan dalam komunikasi mereka senari – hari, mulai dari Ambenu (Timor Leste) sampai ke Kupang. Bahasa ini terdiri dari banyak dialek. seperti sudah dikemukakan sebelumnya bahwa perbedaan tersebut dikerenakan perbedaan budaya dalam etnis yang menuturkannya

Dalam tulisan ini, penulis mencoba menguraikan dan memaparkan bagaimana kata – kata dalam dialek Amanuban dibentuk, yang disebut dengan proses afiksasi, fungsinya, yaitu apakah proses afiksasi tersebut merubah kelas kata atau tidak, dan makna yang terkandung dalam kata bentukan tersebut.

III. Jenis – Jenis Afiksasi Dalam Dialek Amanuban –Bahasa Meto’

Proses afiksasi dalam bahasa Meto’, khususnya dialek Amanuban, pada umumnya sama dengan proses afiksasi dalam bahasa lain khususnya dalam bahasa Inggris, yang pahami oleh penulis. Dalam proses afiksasi, dialek Amanuban pun mengenal dua jenis proses perubahan kata yang dipengaruhai oleh afiksasi.

Seperti yang dikemukakan oleh Mathew (1974), bahwa:

1. Afiksasi Infleksional

Penambahan morfem terikat pada bentuk dasar yang tidak mengubah kelas kata atau yang dikenal dengan infleksional. (Mathew 1974). Misalnya penambahan morfem terikat –s / - es pada kata benda untuk menunjukan jumlah lebih dari satu.

Contoh 1. : - book + s = books / buku – buku

- student + s = mahasiswa /mahasiswa-mahasiswa

- house + es = houses / rumah – rumah

- bus + es = buses / bis - bis

-dll

Morfem terikat –s/-es juga dilekatkan dibelakang kata kerja khususnya yang mengikuti subyek ketiga tunggal.

Contoh 2: - sit + s = sits / dia duduk

- eat + s = eats / dia makan

- go + es = goes / dia pergi

- study + es = studies /dia belajar

- dll

Dari contoh – contoh di atas terlihat bahwa penambahan morfem –s dan –es sama sekali tidak merubah kelas kata. Misalnya pada contoh yang pertama, sebelum mendapatkan penambahan morfem terikat dibelakangnya, mereka adalah kata benda, dan tetap kata benda walaupun sudah mendapatkan penambahan morfem terikat di belakangnya.

Demikian puila dengan kata – kata pada contoh kedua. Bentuk dasar yang ada adalah kata kerja, dan tetap kata kerja walaupun sudah ,mendapatkan panambahan morfem terikat di belakangnya

Dalam bahasa Meto’ khususnya dialek Amanuban, proses perubahan kata jenis infleksional lebih banyak dipengaruhi oleh subyek yang diikutinya. Kasus ini lebih mirip kausastif. Bentuk dasar dimana morfem terikat dilekatkan pada umumnya adalah kata kerja (verba) dan kata sifat (adjektiva). Contoh – contoh berikut ini adalah pelekatan prefiks pada bentuk dasar yang dipengaruhi oleh subyek:


NO

SUBYEK

BENTUK DASAR

PREFIKS

BENTUKAN

1.


Verba ‘ ah ‘ (makan)




Au’ (saya)

‘ ah ’

‘ u ‘

‘ uah ‘


Ho (engkau)

‘ ah ‘

‘ mu ‘

‘ muah ‘


In (dia, askuline/feminine/banda)

‘ ah ‘

‘ na ‘

‘ nah ‘


Hi’ (kamu, jamak)

‘ ah ‘

‘ mi ‘

‘ miah ‘


Hai (kami)

‘ ah ‘

‘ mi ‘

‘ miah ‘


Hit (kita)

‘ ah ‘

‘ta‘

‘tah‘


Sin (mereka)

‘ ah ‘

‘ na ‘

‘ nah ‘

2


Adjektivca ‘ mas ‘ (cantik/ganteng)




Au’ (saya)

‘ mas ‘

‘ u ‘

‘ umas ‘


Ho (engkau)

‘ mas ‘

‘ mu ‘

‘mumas’


In (dia, maskuline/feminine/banda)

‘ mas ‘

‘ na ‘

‘namas ‘


Hi’ (kamu, jamak)

‘ mas ‘

‘ mi ‘

‘ mimas ‘


Hai (kami/kita)

‘ mas ‘

‘ mi ‘

‘ mimas ‘


Hit (kita)

‘ mas

‘ ta ‘

‘tamas ‘


Sin (mereka)

‘ mas ‘

‘ na ‘

‘ namas ‘






3


Verba ‘ tui ‘ (tulis)




Au’ (saya)

‘ tui ‘

‘ ‘ ‘

‘ ‘tui ‘


Ho (engkau)

‘ tui ‘

‘ m ‘

‘ mtui ‘


In (dia, maskuline/feminine/banda)

‘ tui ‘

‘ n ‘

‘ ntui ‘


Hi’ (kamu, jamak)

‘ tui ‘

‘ m ‘

‘ mtui ‘


Hai (kami/kita)

‘ tui ‘

‘ m ‘

‘ mtui ‘


Hit (kita)

‘ tui ‘

‘ t ‘

‘ ttui ‘


Sin (mereka)

‘ tui ‘

‘ n ‘

‘ ntui ‘






4


Adjectiva ‘ kom ‘ (tamak)




Au’ (saya)

‘ kom ‘

‘ ‘ ‘

‘ ‘kom ‘


Ho (engkau)

‘ kom ‘

‘ m ‘

‘ mkom ‘


In (dia, maskulin/feminin/banda)

‘ kom ‘

‘ n ‘

‘ nkom ‘


Hi’ (kamu, jamak)

‘ kom ‘

‘ m ‘

‘ mkom ‘


Hai (kami/kita)

‘ kom ‘

‘ m ‘

‘ mkom ‘


Hit (kita)

‘ kom ‘

‘ t ‘

‘ tkom ‘


Sin (mereka)

‘ kom ‘

‘ n ‘

‘ nkom ‘

Dalam contoh – contoh di atas, penulis senagaja memisahkan cara penambahan afiks yang dipengaruhi oleh subyek yang diikutinya. Namun, tidak dapat dijelaskan mengapa beberapa bentuk dasar lain menggunakan bunyi yang dipengaruhi oleh subyek yang diikutinya, misalnya –u, -m, -n, -t, dan sebagian yang lain mendapatkan tekananan glottis yang memang masih dipengaruhi oleh subyek yang diikutinya

Sedangkan penambahan bunyi – s/-es dalam bahasa Inggris untuk menunjukan jumalah tidak dikenal dalam bahasa Meto’ khususnya dialek Amanuban. Untuk menunjukan jumlah dalam bahasa Meto’ khususny dialek Amanuban justru menambahkan sufiks –nu, -na, -ini.

Tabel berikut menunjukan proses distribusi penggunaan morfem – morfem terikat diatas

NO

MORFEM TERIKAT

(Sufiks)

BENTUK DASAR

(Nominal Tunggal)

BENTUKAN

(Nominal Jamak)

ARTI

(Tunggal – Jamak)

1

{-ini}

  • Oli
  • Tata
  • Feto
  • Naof
  • noah
  • Oil’ini
  • Tat’ini
  • Feot’ini
  • Naofini
  • noahini

adik / adik-adik

kakak / kaka-kakak

saudara / saudara-saudara(pr)

saudara / saudara-saudara(lk)

kelapa / kelapa-kelapa

2.

{-nu}

  • bie
  • hau

  • bienu
  • haunu

Sapi / sapi-sapi

Kayu / kayu-kayu

3

{-na}

  • kulu
  • pulisi
  • laku
  • manu
  • kulna
  • pulisna
  • laukna
  • mauna

Guru / guru-guru

Polisi / polisi-polisi

Ubi / ubi-ubi

Ayam / ayam-ayam

Perubahan dari bentuk tunggal menjadi bentuk jamak dalam dialek Amanuban juga mengalamai proses metatesis seperti yang dikatakan oleh Karus Margaretha dkk (1999:12) dalam penelitian mereka tentang Morfologi Bahasa Dawan. Perubahan tersebut terjadi bila kata nomina tunggal dijadikan nomina jamak. Hal yang sama terjadi juga pada kata nomina yang akan digabungkan dengan adjektiva. Misalnya, ume (rumah) + ana (kecil) akan menjadi uim ana

Selain itu, penambahan bunyi –b pada kata kerja yang menunjukan tindakan yang dilakukan oleh subyek yang menyebabkan orang lain mengalami keadaan yang disebabkannya Contoh – contoh dalam tabel berikut dapat menjelaskannya:

SUFIKS

FUNGSI

SUBYEK

CONTOH

BENTUK

DASAR

BENTUKAN

ARTI

{-b)

Meunjukan

Tindakan

Yang

dilakukan

subyek

menyebabkan

orang lain

mengalami

keadaan yang

disebabkannya

Au’

Ho

In

Hai

Hi

Sin

luki

suse

laka

sesa

leko

bala

ulukib

suseb

nalakab

sesab

lekob

nabalab

merugikan

menyusahkandia menyebrangkan

memaksa

memperbaiki

menyediakan

2. Afiksasi Derivasional

Penambahan morfem terikat pada bentuk dasar yang mengubah kelas kata atau yang dikenal dengan derivasional. (Mathew 1974). Proses perubahan kata pada bagian ini adalah penambahan bunyi pada bentuk dasar yang kemudian merubah kelas kata bentuk dasar tadi menjadi kelas kata lain, misalnya, bentuk dasar verba setelah dilekati dengan bunyi atau morfem terikat tertentu, kemudian menjadi nominal, atau bentuk dasar adjektiva, setelah dilekati dengan bunyi atau morfem terikat tertentu, kemudian berubah menjadi nominal, dll

Contoh :

A. Awalan (Prefiks)

1. Awalan (Prefiks) [a]

Jenis awalan (prefiks) ini memiliki dua fungsi. Yang pertama untuk mengubah kata kerja (kk) menjadi kata benda (kb), dan yang kedua untuk mengubah kata sifat (ks) menjadi kata benda (kb)

Tabel berikut menunjukan contoh – contoh yang mendukung pernyataan tersebut :

Jenis

Awalan/

Kelas kata

Bentuk Dasar

(Verba)

Kata Bentukan

(Nomina)

Fungsi

Arti

[ a- ]

- kk

ks

[biso] ‘pukul’

[hana] ‘masak’(kk)

[ote] ‘potong‘

[ken] ‘tembak’

[lenu] ‘suruh’

[onen] ‘do’a’

[moko’] ‘sombong’

[mae] ‘ malu’

[to’] ‘marah’

[mas] ‘beautiful’

[pehe] ‘malas’

[a’bisot] ‘pemukul’

[a’hanat] ‘pemasak’(kb)

[a’ otes] ‘pemotong’

[a’kenat] ‘penembak’

[a lenut] ‘penyuruh’

[a’onen] ‘pendo’a’

[a’moko’] ‘penyombong”

[a maet] ‘ pemalu ‘

[a to’as] ‘pemarah’

[a masat] ‘yg cantik’

[a pehet] ‘pemalas’

Mengubah -kk menjadi -kb

Mengubah -ks menjadi - kb

Menunjukan pelaku dan sifat yang melekat pada diri seseorang

Contoh – contoh kata bentukan dalam table di atas menunjukan bahwa kata kata bentuk dasar tidak hanya mendapatkan penambahan afiks tetapi juga sufiks yang pada dasarnya bukan disengaja, tetapi memang hal tersebut adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Mengenai sufiks akan dibahas dalam bagian lain

2. Awalan (prefiks) [ma-]

Prefiks ini {ma-}memiliki tiga fungsi. Fungsi yang pertama adalah untuk merubah kata kerja menjadi kata benda. Fungsi yang kedua adalah untuk menunjukan kepemilikan, dan fungsi yang ketiga adalah untuk menunjukan perbuatan yang sama yang dilakukan oleh lebih dari satu orang dan saling mengenai satu sama lain

Tabel berikut akan memberikan contuh – contoh prefiks {ma-} yang merubah kata kerja atau verba menjadi kata benda atau nominal

PREFIKS

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTUKAN

ARTI

[ma-]

Mengubah

kk kb

· Toe

· Ken

· Tuf

· Top

· talu

· matoes

· makenat

· matufus

· matopus

· matalus

· perkelahian

· peperangan

· tinju (n)

· hal menuntun

· penghubungan

Tabel berikut akan memberikan contuh – contoh prefiks {ma-}

yang menunjukan kepemilikan

PREFIKS

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTUKAN

ARTI

[ma-]

menunjukan kepemilikan

· Noso’

· Ume

· ‘Taka’

· Lone’

· Ama’

· Ma’noso’

· maume

· ma’taka’

· malone’

· ma’ama’

· memiliki baju

· memiliki rumah

· memiliki tanda

· memiliki otak

· memiliki ayah

Tabel berikut akan memberikan contuh – contoh fungsi prefiks {ma-}

yang menunjukan perbuatan yang sama yang dilakukan oleh

lebih dari satu orang dan saling mengenai satu sama lain

PREFIKS

[

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTUKAN

ARTI

[ma-]

menunjukan saling

· nek

· lomi

· iti

· kiso

· tuf

· Manek

· malomi

· ma’iti

· makiso’

· matuf’

· saling cium

· saling suka

· saling cubit

· saling melihat

· saling pukul

Tabel berikut akan memberikan contuh – contoh prefiks {ma-}

yang menunjukan pasif

PREFIKS

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTUKAN

ARTI

[ma-]

Menunjukan

pasif

· hana’

· lomi

· iti

· kiso

· tufu

· mahana’

· malomi

· ma’iti’

· makiso’

· matuf’

· dimasak

· disukai

· dicubit

· dilihat

· dipukul

    1. Awalan / Prefiks {aka’}

Prefiks ini menunjukan pekerjaan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang dan saling mengenai pekerjaan tersebut

Contoh:

Tabel berikut akan memberikan contoh – contoh prefiks {aka-}

PREFIKS

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTUKAN

ARTI

[aka-]

Menunjukan saling tapi lebih dari dua orang

· lili’

· tolo’

· tau

· akalili

· akatolo’

· akatau

· saling ganggu

· saling sembunyi

· saling menakuti

4. Awalan / Prefiks {ha-}

Prefiks ini berfungsi untuk merubah kata sifat atau ajektiva menjadi kata kerja atau verba.

Contoh :

Tabel berikut akan memberikan contoh – contoh prefiks {ha-}

PREFIKS

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTUKAN

ARTI

[ha-]

Merubah kata sifat menjadi kata benda

· niki

· putu

· tane

· nule

· lin

· haniki

· haputu

· hatane

· hanule

· halin

· mendinginkan

· memenaskan

· menguatkan

· melembutkan

· menyenangkan

  1. Akhiran / Sufiks

    1. Akhiran / Sufiks {-en}

Akhiran atau sufiks ini dielkatkan pada beberapa jenis kelas kata yang pada dasarnya menunjukan ‘sudah’.

a). Bila dilekatkan pada akhir kata kerja atau verba maka akan menunjukan bahwa pekerjaan tersebut sudah berlalu / sudah dilaksanakan. Dalam bahasa Inggris pola ini dikenal dengan kata kerja bentuk kedua. Bedanya adalah dalam bahasa Meto’ khususnya dialek Amanuban, waktu tidak menjadi penekanan

Contuh:

Tabel berikut akan memberikan contoh – contoh sufiks {-en}yang berfungsi menunjukan pekerjaan yasng sudah berlalu / sudah dilakukan

SUFIKS

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTUKAN

ARTI

[-en]

menunjukan pekerjaan yasng sudah berlalu / sudah melakukan. Pekerjaan dimaksud

· nao

· mate

· moni

· simo

· lali

· naoen

· maten

· monien

· simoen

· lalien

· sudah pergi

· sudah meniggal

· sudah hidup

· sudah terima

· sudah jadi

b). Bila dilekatkan bersamaan dengan awalan atau prefiks ma-, maka akan menunjukan pasif dan sudah berlalu / sudah dilakukan

Contoh:

Tabel berikut akan memberikan contoh – contoh sufiks {-en}

yang digabungkan dengan prefiks {ma-}

SUFIKS

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTUKAN

ARTI


[ma-en]

menunjukan pekerjaan yasng sudah berlalu / sudah dilakukan.

· lolo

· biso

· nutu

· simo

· hana

· malol’oe

· mabis’oen

· manut’uen

· masim’oen

· mahan’aen

· sudah disembelih

· sudah dipukul

· sudah diiris

· sudah diterima

· sudah dimasak


c). Bila dilekatkan di belakang kata ganti atau pronominal untuk mempertegas bahwa orang dimaksud sendirilah yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut

Contoh:

Tabel berikut akan memberikan contoh – contoh sufiks {-en}

yang dilekatkan dibelakang kata ganti

SUFIKS

FUNGSI

CONTOH

KATA GANTI

BENTU

KAN

ARTI

[-en]

mempertegas bahwa orang dimaksud sendirilah yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut

· au

· ho’

· in

· hi

· hai

· hit

· sin

· auen

· hoen

· inien

· hien

· haien

· hitien

· sinien

· saya sudah yang kerja sendiri

· kamu sudah yang kerja sendiri

· dia sudah yang kerja sendiri

· Kamu sudah yang kerja sendiri

· Kami sudah yang kerja sendiri

· Kita sudah yang kerja sendiri

· Mereka sudah yang kerja sendiri



d). Bila dilekatkan dibelakang angka untuk menunjukan bahwa penjumlahan sudah mencapai angka tersebut

Contoh:

Tabel berikut akan memberikan contoh – contoh sufiks {-en}

yang dilekatkan dibelakang angka

SUFIKS

FUNGSI

CONTOH

ANGKA

BENTU

KAN

ARTI

[-en]

menunjukan bahwa penjumlahan sudah mencapai angka tersebut

· mese

· nua’

· tenu

· ha’

· nim

· ne’

· hitu

· meseen

· nuaen

· tenuen

· haen

· nimen

· neen

· hituen

· sudah satu

· sudah dua

· sudah tiga

· sudah empat

· sudah lima

· sudah enam

· sudah tujuh

e). Bila dilekatkan pada kata sifat atau ajektiva, maka akan menunjukan ‘sesuatu telah berubah menjadi wujud lain

Contoh:

Tabel berikut akan memberikan contoh – contoh sufiks {-en}

yang dilekatkan dibelakang kata sifat atau ajekativa

SUFIKS

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTU

KAN

ARTI

[-en]

menunjukan bahwa sesuatu telah berubah wujud

· me’

· metan

· muti’

· meto

· mnanu’

· tuka

· mina

· me’en

· metnen

· mut’ien

· met’oen

· mnan’uen

· tuk’aen

· min’en

· sudah menjadi merah

· sudah menjadi hitam

· sudah menjadi putih

· sudah menjadi kering

· sudah menjadi panjang

· sudah menjadi pendek

· sudah menjadi enak




  1. Akhiran atau sufiks {-t / at} dan {-s / as}

Kedua akhiran atau sufiks ini memiliki fungsi yang sama. Itulah sebabnya dibahas dalam bagian yang sama. Proses pembentukan afiksasi jenis ini ada dua cara yaitu, penambahan sufiks {-t / -at ) dan penambahan {-s / as}. Perlu dicatat bahwa tidak ada alasan tertentu yang menjadi syarat dalam pembentukan kedua sufiks ini sebagai pembeda. Hanya penutur asli saja yang mengetahuinya. Fungsi – fungsinya adalah sbb:

a). untuk merubah kata kerja atau verba menjadi kata benda atau nomina.

Contoh:

Tabel berikut akan memberikan contoh – contoh sufiks {-t / at}dan {-s / as}

yang berfungsi merubah kata kerja atau verba menjadi kata benda atau nomina

PREFIKS

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTU

KAN

ARTI

[-t / -at]

merubah kata kerja atau verba menjadi kata benda atau nomina

· si

· ken

· mepu

· lo’

· bab

· sen

· lomi

· sit

· kenat

· meput

· lo’at

· babat

· senat

· lomit

· lagu

· senapan

· pekerjaan

· muntahan

· bantuan

· tanaman

· kesukaan

{-s / as}

merubah kata kerja atau verba menjadi kata benda atau nomina

· tup

· tunu

· otu

· tof

· tufu

· tupas

· tunus

· otus

· tofas

· tufus

· hal tidur

· hal membakar

· hal membakar

· hal embersih

kan rumput

· hal meninju




b). untuk merubah kata sifat atau ajektiva menjadi kata benda atau nomina

Contoh :

Tabel berikut akan memberikan contoh – contoh sufiks {-t / at}dan {-s / as}

yang berfungsi untuk merubah kata sifat atau ajektiva menjadi kata benda atau nomina

PREFIKS

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTU

KAN

ARTI

[-t / -at]

merubah kata sifat atau ajektiva menjadi kata benda atau nomina

· pehe

· makoe

· malin

· kom

· mafu

· maunu

· mas

· pehet

· makoet

· malinat

· komat

· mafut

· maunut

· masat

· hal malas

· hal rajin

· hal gembira

· hal serakah

· hal mabuk

· hal gila

· hal indah

{-s / as}

merubah kata sifat atau ajektiva menjadi kata benda atau nomina

· to’

· meto

· mate

· toas

· metos

· mate

· hal marah

· hal kurus

· hal mati

D. Akhiran atau Sufiks {-ah}

Akhiran atau sufiks ini berfungsi untuk menunjukan merubah kata kerja menjadi kata keterangan. Sufiks – ah lebih berarti ‘itu saja, tidak lebih’. Sufiks ini pun masih dipengaruhi oleh subyek, karena bentukan dengan pelekatan sufiks ini menunjukan sejauh mana sang subyek melakukan pekerjaan tersebut

Contoh:

Tabel berikut akan memberikan contoh – contoh sufiks {-ah}

yang dilekatkan dibelakang kata sifat dan atau kata kerja

SUFIKS

FUNGSI

CONTOH

BENTUK DASAR

BENTU

KAN

ARTI

[-en]

menunjukan sejauh mana sang subyek melakukan pekerjaan tersebut

· uah

· om

· ntup

· mhake

· maen

· kiso

· nao

· uahah

· omah

· ntupah

· mhakeah

· maenah

· kisoah

· naoah

· hanya makan saja

· hanya datang saja

· hanya tidur saja

· hanya berdiri saja

· lari saja

· hanya lihat saja

· hanya jalan saja

IV. Penutup

A. Kesimpulan

Sebagai penutup tulisan sederhana ini penulis mengemukakan beberapa simpulan sehun\bungan dengan proses pembentukan afiksasi dalam bahasa Dawan Khususnya Dialek Amanuban:

2. Proses pembentukan afikasasi dalam bahasa Dawan hampir sama dengan bahasa Indonesia

3. Banyak temuan yang menunjukan bahwa penambahan afiksasi pada setiap bentuk dasar sangat bervariasi. Kata – kata dalam kelas kata yang sama dapat saja mengalami proses pembentukan afiksasi yang dengan cara yang berbeda walaupun sama fungsinya. Atau sebaliknya, prosesnya sama tetapi fungsinya berbeda

4. Ada pula temuan yang menyerupai infiks tetapi tidak memenuhi criteria infiks yang ada dalam sumber – sumber Linguistik

B. Saran

1. Data yang dipaparkan dalam tulisan ini bukanlah merupakan hasil penelitian yang intensif.

2. Semua yang dipaparkan hanya berdasarkan pengetahuan penulis sebagai penutur asli Uab Meto’ atau bahasa Meto

3. Bila ingin mendapatkan data yang cukup dan valid, seharusnya penulis diberi waktu yang cukup





BIBLIOGRAPHY

Adrian, A, (1986), An Introduction to Language and Communication. Cambrodge University Press

Brown D, (1987), Principles of Language Learning and Teaching, 2nd Edition. Prentice Hall Inc.

Echols J and Sadily H (1975) Kamus Inggris – Indonesia Cornell University Press

Hornby A. S. (1974) Oxford advance Dictionary of Current English. Cambridge University Press

Karus M. et al, (1999) Laporan Hasil Penlitian Morfology Bahasa Dawan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, P dan K. NTT

Nida E, (1976) Morphology, the descriptive Analysis of Words, 2nd Edition, Michigan University Press

Sanga F (1989) Perbandingan Struktur Bahasa Indonesia dan Bahasa Dawan. Penerbit Undana

Tarigan G. H (1975) Morphology. Penerbit Universitas IndonesiaJakarta

Wardough R, (1972) Intruduction to Linguistics MC Grap Hill Book Company

AFIKSASI LANGUAGE FOR SPECIAL DAWAN

INTRODUCTION


Every language in the world have their own characteristics - their own. Similarly, the language Meto (UAB Meto '), especially Diaelek Amanuban, the mother language (mother tongue) of the author's own.
What is shown in this paper is based on the simple understanding of the author as native speakers UAB Meto 'and supported by the opinion of experts. Therefore, all thoughts and opinions and explanations in this paper can not be generalized.
Finally, the author realizes that simple writing is far from perfection. For the criticisms and suggestions are still needed for the improvement of this writing, especially its predecessor have been writing about Meto language ', especially dialect Amanuban


Kupang, January 2008



























AFIKSASI LANGUAGE FOR SPECIAL DAWAN
Dialect Amanuban


I. Introduction

As a human language we need to communicate .. With the language we know., Through the language we understand. , In the language we understand each other, and also with the language we know each other.
So far this language is defined by experts as follows:
1. Language is a system of arbitrary, vocal symbols which permits all people in a given culture, or other people who Learned have the system of that culture, or to Communicate to interact (Finocchiaro 1964: 8)
2. Language is a system of communication by sound, operating through the organs of speech and hearing, among members of a given community, and using vocal symbols possessing arbitrary conventional meanings (Pei 1966: 141)
3. Language is any system or set of Linguistic symbols as used in a more or less uniform fashion by a number of people who are Thus enabled to Communicate intelligibly with one another (Random House Dictionary of the English Language 1966: 806)
4. Language is a system of arbitrary vocal symbols used for human communication (Wardaugh 1972: 3)
5. Language is any means, vocal or other, or of expressing feeling or New Thought ... .. a system of conventionalized Signs, especially words, or gestures She was that sort of fixed meanings
(Webster's New International Dictionary of the English Language 1934: 1390)
6 Systematic Language is a means of the post of New choir or by the use of conventionalized Signs, sounds, gestures, or marks She was that sort of understood meanings (Webster's Third New International Dictionary of the English Language 1961: 127)

From the definitions above, we come at a truth that language is different with one another. He based on different cultural owned by certain regions. Language is a system of sounds that have meaning like - like in accordance with social conventions as saying. Pei, (1966) cited by Brown (1987)
In the opinion of the author that supports all languages, ternasuk language Meto ', the language spoke by East Timorese, from the start, the region of the Middle East North Kupang. (Grimes, 2000),



Meto language 'has its own differences with the ethnic tribes that menuturkannya. The differences are clearly visible from how they menuturkannya. This is by Kushartanti et al (2005: 234) called the language variations that are generally caused by geographic factors, political, economic, social and cultural.
In this paper the author choose one of the dialect that manifested by people around the region Amanuban-East South Central. The author tried to elucidate and explain the layout of the word, especially afiksasi in Meto, especially dialect Amanuban
Afiksasi according to Nida (1967: 17) is the formation of words by adding noise on the main components or basic words, is good at the beginning of a word, in the middle, and at the end of the word.
Word, defined by Hornby (1955: 137) as a sound or group of sounds that the meaning and form one unit independent of the language. Words and then divided into two parts; basic words and then called morpheme free derivative of the word and then called morpheme bound. (Adrian, 1988: 58)
Tarigan (1987: 20) supports the opinion of Nida (1967) with the share afiksasi into three sections, namely:
1. Prefix (Prefix): sticking sound at the beginning of a word to form the basis of new words
Examples in the Indonesian language:
- + Now = me sing
- In food + drink =
- Ber + = road running
- Tar + = carry through
- Pe + = fortune teller
- Etc.





2. Flexion (Suffiks) sticking noise at the end of a word to form the basis of new words
Example:
- Mashur + I = mashurkan
- Embrace, an embrace =
- I take follow =
- Charity, was magnanimous =
3. Inset (infix): Pewnyisipan the sound of a word in the primary, to form new words. However, in the language Meto 'Amanuban particular dialect, no insertion (infix

II. Afiksasi dialect Amanuban in Meto '
Meto language ', according to Sanga et al, which compelled the language Dawan (1989: 1) derived from two words, namely: UAB, which means that the language, and meto which means people - people who live in the mainland. So Meto language 'is a language that manifested by people - people who live in the land communication in their day - the day, from the Ambenu (East Timor) to Kupang. This language consists of many dialects. as has been said previously that the differences are cultural differences in dikerenakan ethnic menuturkannya
In this paper, the author tried to elucidate and explain how the words - words in the dialect Amanuban formed, a process called afiksasi, its function, namely whether the change process afiksasi class word or not, and the meaning of the word is formed.

III. Type - Type Afiksasi In Amanuban-English dialect, Meto '
Afiksasi process in Meto, especially Amanuban dialect, generally with the same process afiksasi in other languages especially in English, which is understood by the author. In the process afiksasi, dialect Amanuban also recognize two types of process changes the word dipengaruhai by afiksasi.
As presented by Mathew (1974), that:



1. Afiksasi Inflektional
Additions in the form of a bound morpheme basis that does not change a word or a class known as the inflektional. (Mathew 1974). For example, the addition of bound morpheme-s / - ice on the noun to indicate the amount of more than one.
Example 1. - Book + s = books / books - books
- Student + s = student / students
- House, ice houses = / home - home
- Es + bus = buses / bus - the bus
, Etc.
Morpheme bound -s/-es also dilekatkan especially working behind the words that follow the third single subject.
Example 2: - Sit + s = sits / he sits
- Eat + s = Eats / he eats
- Go + ice = goes / she goes
- Study + ice = studies / her learning
- Etc.
From example - the example above, that the addition of morpheme-s and-es is not the word class. For example, in the first instance, before adding morpheme bound to get behind him, they are a noun, and noun, although still have to get the addition of morpheme bound in the back.
However puila with words - words in the second example. The basic form is the verb, and keep working even though the word is, get panambahan morpheme bound behind
Meto in the language of 'Amanuban particular dialect, the word of the changes infleksional more influenced by the subject of suitable objects. This case is similar kausastif. The basic form is bound morpheme dilekatkan is generally verb (verba) and adj (adjektiva). Example - this example is the sticking particle in the form of basic influenced by the subject:




NO
Subject
INVESTMENT POLICY
Prefix
Derivative

1. Verba 'ah' (food)
Au (I) 'ah' 'u' 'uah'
Ho (you) 'ah' 'mu' site was cool '
In (he, askuline / Feminine / banda) 'ah' and 'now'
Hi '(you, plural)' ah '' mi 'miah'
O (we) 'ah' 'mi' miah '
Hit (our) 'ah' ta 'tah'
Sin (them) 'ah' and 'now'
2 Adjektivca 'gold' (beautiful / handsome)
Au (I) 'sir' 'u' 'umas'
Ho (you) 'sir' mu 'mumas'
In (he, maskuline / Feminine / banda) 'sir' and 'namas'
Hi '(you, plural)' sir '' mi 'mimas'
O (we / us) 'sir' 'mi' mimas'
Hit (our) 'sir' ta 'tamas'
Sin (them) 'sir' and 'namas'

3 Verba 'tui' (write)
Au (I) 'tui' '' '' 'tui'
Ho (you) 'tui' m 'mtui'
In (he, maskuline / Feminine / banda) 'tui' n 'ntui'
Hi '(you, plural)' tui 'm' mtui '
O (we / us) 'tui' m 'mtui'
Hit (our) 'tui' t '' ttui '
Sin (them) 'tui' n 'ntui'

4 Adjectiva 'cereal bowl' (greedy)
Au (I) 'cereal bowl' '' '' 'cereal bowl'
Ho (you) 'cereal bowl' m 'mkom'
In (he, masculine / feminine / banda) 'cereal bowl' n 'nkom'
Hi '(you, plural)' cereal bowl 'm' mkom '
O (we / us) 'cereal bowl' m 'mkom'
Hit (our) 'cereal bowl' t '' tkom '
Sin (them) 'cereal bowl' n 'nkom'

In the example - the example above, the author senagaja separate ways adding afiks affected by the subject of suitable objects. However, can not explain why some use other forms of basic sounds that are influenced by the subject of suitable objects, such as-u-m, n-,-t, and some others get tekananan glottis, which is still influenced by the subject of suitable objects.

While the addition of sound - s-es in the English language to indicate the number is not known in the language Meto 'Amanuban particular dialect. To indicate the number of languages in Meto 'particular dialect Amanuban thus add suffix-nu, na-,-this.

The following table shows the distribution of morpheme - morpheme bound over
NO morpheme BOUND
(Suffix) INVESTMENT POLICY
(Nominal Freedom) formed
(Nominal plural) Where
(Single - plural)
(1)-this oil •
• Governance
• Feto
• Naof
• • Noah Oil'ini
• Tat'ini
• Feot'ini
• Naofini
• noahini sister / sister-sister
brothers / sisters Kaka
brother / brother-brother (pr)
brother / brother-brother (lk)
coconut / coconut, coconut
2. ()-nu
• Bie
Hau • • • bienu
• haunu cattle / beef-cattle
Wood / wood

(3)-na • Kulu
• pulisi
• behavior
• • lore kulna
• pulisna
• laukna
• mauna teachers / teachers
Police / police-police
Cassava / cassava, sweet potatoes
Poultry chickens

Changes in the form of a single plural in the dialect Amanuban also mengalamai process as metathesis by Karus Margaretha et al (1999:12) in their research on English Morphology Dawan. Changes occur when a single word nomina be nomina plural. The same thing also happened on the nomina words will be merged with adjektiva. For example, ume (home) + ana (small) will be the UIM ana
In addition, the addition of noise on the b-word work, which shows the action of the subject that causes people to other circumstances that disebabkannya example - an example in the following table can be explained:






Suffix
FUNCTION
Subject EXEMPLARY
INVESTMENT
Basic derivative Where

(-b) Meunjukan
Actions
That
done
subject
cause
others
experience
circumstances
disebabkannya
Au '
Ho
In
Hi
Hi
Sin
Luki
SUSE
shellac
sesa
leko
troops
Ulukib
suseb
nalakab
sesab
lekob
nabalab disadvantage
pester him menyebrangkan
force
fix
provide
2. Afiksasi Derivasional
Addition of morpheme bound in the form of a basic change a word or a class known as the derivasional. (Mathew 1974). Process in the word change is the addition of noise on the basis of the class and then change the form of words was a basic class in other words, for example, the basic form with verba after dilekati noise or certain bound morpheme, and a nominal, or form the basis adjektiva, after dilekati with sound or a certain bound morpheme, then changed to par, etc.
Example:
A. Prefix (Prefix)
1. Prefix (Prefix) [a]
Type the prefix (prefix) has two functions. The first to change the verb (kk) a noun (kb), and a second to change the nature of the word (sister) to noun (kb)
The following table shows examples - examples that support the statement:
Type
Prefix /
Class word
Basic form
(Verba)
Word formation
(Nomina)
Function
Mean
[A]
- Kk



a sister [BISO] 'at'
[empty] 'cooking' (kk)
[ote] 'cut'
[ken] 'Shot'
[lenu] 'order'
[onen] 'do'a'

[moko ']' arrogant '
[mae] 'shame'
[to be] 'angry'
[gold] 'beautiful'
[pehe] 'lazy' [a'bisot] 'hammer'
[a'hanat] 'cook' (kb)
[a 'otes]' cutter '
[a'kenat] 'sniper'
[a lenut] 'principal'
[a'onen] 'pendo'a'

[a'moko ']' haughty "
[a maet] 'shy'
[a to'as] 'spitfire'
[a masat] 'my beautiful'
[a pehet] 'shiftless' Change-of-kk kb





A sister-change - kb showed the perpetrator and the nature inherent in a self -

Example - example of a word formed in the table above shows that the words form the basis not only get afiks but also the addition of the suffix essentially not intentional, but it is one that can not be separated. About the suffix will be discussed in other parts


2. Prefix (prefix) [ma-]
This particle-ma () has three functions. The first function is to change the verb to be noun. The second function is to show ownership, and the third function is to show the same act done by more than one person on each other and each other
The following table gives contuh - example of particle-ma () that the verb or a noun verba or nominal

Prefix

FUNCTION
EXEMPLARY
INVESTMENT POLICY
Derivative
Where
[ma-] Change
kk kb
• Toe
• Ken
• Tuf
• Top
• talu • matoes
• makenat
• matufus
• matopus
• • matalus fracas
• war
• boxing (n)
• this guide
• joining

The following table gives contuh - example of particle-ma ()
that showed ownership

Prefix

FUNCTION
EXEMPLARY
INVESTMENT POLICY
Derivative
Where
[ma-] showed ownership • Noso '
• Ume '
• 'Taka'
• Lone '
• Ama '• Ma'noso'
• maume
• ma'taka '
• Malone '
• ma'ama '• have clothes
• have a home
• have signs
• have a brain
• have a father

The following table gives contuh - example of function-ma (prefix)
which showed the same act done by the
more than one person, and each hit one another

Prefix
[
FUNCTION
EXEMPLARY
INVESTMENT POLICY
Derivative
Where
[ma-] showed mutual • nek
• lomi
• ITI
• Kiso
• tuf • Manek
• malomi
• ma'iti
• makiso '
• matuf '• smell each other
• mutual love
• Just click the picture below each other
• see each other
• at each other
The following table gives contuh - example of particle-ma ()
showed that passive

Prefix

FUNCTION
EXEMPLARY
INVESTMENT POLICY
Derivative
Where
[ma-] shows
passive
• deserted '
• lomi
• ITI
• Kiso
• tufu • mahana '
• malomi
• ma'iti '
• makiso '
• matuf '• cooked
• preferred
• dicubit
• views
• beaten

2. Prefix / Prefix (aka ')
This particle showed the work done by more than one person on each other and work
Example:
The following table gives examples - examples aka-particle ()

Prefix

FUNCTION
EXEMPLARY
INVESTMENT POLICY
Derivative
Where
[Just] showed each other but more than two people • Lili '
• tolo '
• I • akalili
• akatolo '
• • akatau each other off
• each other furtively
• frighten each other

4. Prefix / Prefix-ha ()
Prefix this work to change the adjective or adjective or a verb verba.
Example:
The following table gives examples - examples of particle-ha ()

Prefix

FUNCTION
EXEMPLARY
INVESTMENT POLICY
Derivative
Where
[ha-] Changing the nature of a word noun • Niki
• Putu
• tane
• nule
• • haniki lin
• haputu
• hatane
• hanule
• • halin freeze
• memenaskan
• strengthens
• refine
• fun

B. Flexion / Suffix

1. Flexion / Suffix-en ()
Ending or suffix dilekatkan this type of class in some words that basically shows' have '.
a). When dilekatkan at the end of the verb or verba will show that the work was already passed / have been implemented. In English this pattern, known as the verb form of a second. The difference is in Meto 'Amanuban particular dialect, not a time of emphasis
Contuh:
The following table gives examples - examples of particle-en () function showed that the work has been passed yasng / done

Suffix

FUNCTION
EXEMPLARY
INVESTMENT POLICY
Derivative
Where
[en-] shows the work that has been passed / is doing. Jobs referred to
• nao
• some
• moni
• simo
• • numb naoen
• maten
• monien
• simoen
• • lalien have to go
• has died
• have been living
• Instructors
• is so




b). When dilekatkan together with the prefix or particle-ma, the show will be passive and have been passed / have done
Example:

The following table gives examples - examples of particle-en ()
that combined with the particle-ma ()

Suffix

FUNCTION
EXEMPLARY
INVESTMENT POLICY
Derivative
Where
[ma-en] showed job yasng already passed / have done. • landry
• BISO
• nutu
• simo
• • deserted malol'oe
• mabis'oen
• manut'uen
• masim'oen
• • mahan'aen have been
• have beaten
• have sliced
• have received
• already cooked
c). When dilekatkan behind the pronoun or pronominal to emphasize that the definition alone will do the job
Example:

The following table gives examples - examples of particle-en ()
dilekatkan behind the pronoun


Suffix

FUNCTION
EXEMPLARY
Pronoun BENTU
KAN
Where
[en-] emphasize that the definition alone will do the job • au
• ho '
• in
• hi
• O
• Countdown
• • sin auen
• hoen
• inien
• hien
• haien
• hitien
• sinien • I have a job own
• you have the work itself
• that he is working alone
• You have the work itself
• We have the work itself
• We have the work itself
• They have the work itself










d). When dilekatkan behind the figures to show that the addition has reached these figures
Example:
The following table gives examples - examples of particle-en ()
dilekatkan behind the figures


Suffix

FUNCTION
EXEMPLARY
FIGURE BENTU
KAN
Where
[en-] showed that the addition has reached these figures
• mese
• nua '
• tenu
• ha '
• nim
• ne '
• • used to large meseen
• nuaen
• tenuen
• haen
• nimen
• neen
• • hituen have one
• have two
• have three
• have four
• have five
• has six
• have seven

e). When dilekatkan the adjective or adjective, it will show the 'something has changed into another manifestation
Example:





The following table gives examples - examples of particle-en ()
dilekatkan behind the adjective or ajekativa

Suffix

FUNCTION
EXEMPLARY
INVESTMENT POLICY BENTU
KAN
Where
[en-] shows that something has changed exist
• me '
• methane
• multiple '
• meto
• mnanu '
• Prophetic
• • Mina me'en
• metnen
• mut'ien
• met'oen
• mnan'uen
• tuk'aen
• • min'en have become red
• have a black
• have to be white
• have become dry
• have a long
• have a short
• have a good






C. Ending or suffix (-t / at) and (-s) as

Both ending or suffix has the same functions. That is discussed in the same section. Afiksasi process of this type of two ways, namely, adding the suffix (-t /-at) and the addition of (-s) as. Please note that there is no reason to be certain conditions in the establishment of the second particle as pembeda. Only native speakers know that. Function - its function is as follows:

a). to change the verb or a noun verba or nomina.
Example:
The following table gives examples - examples of particle (-t / at) and (-s) as
which alter the functioning verb or a noun verba or nomina

Prefix

EXEMPLARY FUNCTION
INVESTMENT POLICY BENTU
KAN
Where
[-t /-at]




the verb or a noun verba or nomina
• I
• ken
• mepu
• Want '
• chapter
• cents
• • Sit lomi
• kenat
• meput
• lo'at
• tripe
• senate
• • lomit song
• rifle
• work
• vomit
• help
• plant
• wanderlust
(-s) as the verb or a noun verba or nomina • tup
• tunu
• otu
• tof
• tufu • tupas
• tunus
• Otus
• tofas
• • tufus things sleep
• burning case
• burning case
• case embersih
I grass
• this fight















b). to change the adjective or noun adjective become or nomina

Example:
The following table gives examples - examples of particle (-t / at) and (-s) as
The work to alter the nature of the word adjective or a noun or nomina

Prefix

EXEMPLARY FUNCTION
INVESTMENT POLICY BENTU
KAN
Where
[-t /-at]

the adjective or noun adjective become or nomina • pehe
• makoe
• master
• cereal bowl
• mafu
• maunu
• • gold pehet
• makoet
• malinat
• throat
• mafut
• maunut
• • masat this lazy
• diligent case
• glad things
• p. avaricious
• this drunk
• mad things
• beautiful things
(-s) as the adjective or noun adjective become, or to nomina • '
• meto
• • some toas
• metos
• • some kick
• this skinny
• die case

D. Termination or Suffix-ah ()

Ending or suffix is working to change the verb shows a description of the word. Suffix - ah means more 'is, no more'. Suffix is still influenced by the subject, because sticking with the formation of this particle shows the extent to which the subject do the job
Example:
The following table gives an example - an example suffix) (-ah
dilekatkan behind the adjective and verb or

Suffix

FUNCTION
EXEMPLARY
INVESTMENT POLICY BENTU
KAN
Where
[en-] shows the extent to which the subject do the job
• uah
• om
• ntup
• mhake
• Soon
• Kiso
• nao • uahah
• omah
• ntupah
• mhakeah
• maenah
• kisoah
• • naoah only eat it
• only just come
• only sleep alone
• only stand alone
• steeplechase course
• only see
• only road course

IV. Closing

A. Conclusion

As the author of this paper a simple knot raised some sehun \ bungan with the establishment of the Dawan language afiksasi in particular dialect Amanuban:
2. Afikasasi in the process of language Dawan almost the same language
3. Many of the findings showed that the addition of afiksasi on the basis of each vary. Words - words in the class said the same could be experiencing a process of afiksasi differently although the same function. Or vice versa, the process is the same but different functions
4. There are also findings that infix but did not meet the criteria infix in the source - the source of Linguistics

B. Advice

1. The data were presented in the paper this is not the result of intensive research.
2. All that is shown only on the basis of the author as UAB Meto native speakers' language or Meto '
3. If you want to get the data and valid enough, the author should be given enough time




























Bibliographical


Adrian, A, (1986), An Introduction to Language and Communication. Cambrodge University Press

Brown, D, (1987), Principles of Language Learning and Teaching, 2nd Edition. Cambridge University.

A Echols and Sadily H (1975) Dictionary of English - Indonesia Cornell University Press

A. Hornby S. (1974) advanced the Oxford Dictionary of Current English. Cambridge University Press

Karus M. et al, (1999) Reports Results Penlitian Morfology English Dawan. Center of Development and the Development of English, P and K. NTT

Nida E, (1976) Morphology, the DESCRIPTIVE Analysis of Words, 2nd Edition, the University of Michigan Press

Sanga F (1989) Structure Comparison of English Language and Dawan. Publisher Undana

Tarigan G. H (1975) Morphology. Publisher University of Indonesia - Jakarta

Wardough R, (1972) Intruduction to Linguistics Here MC Hill Book Company

Sabtu, 13 Desember 2008

bilangan dalam bahasa alor

I. Pendahuluan

Keanakaragaman bahasa daerah merupakan kekayaan budaya nasional yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Untuk memelihara kekayaan budaya nasional telah dilakukan inventarisasi bahasa-bahasa daerah dalam dua kurun waktu dua dasa warsa terakhir. untuk inventarisasi bahasa-bahasa daerah tersebut telah dilakukan penelitian bahasa daerah secara intensif,baik yang menyangkut jumlah maupun aspek kebahasaannya.

Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu sifat bahasa adalah dinas. Bahasa itu tidak statis namun berkembang atau mengalami perubahan karena berbagai sebab. Perubahan-perubahan dalam satu yang sangat mendasar, seperti perbedaan yang terlihat secara fonologi, morfologi,sintaksis dan pragmatis. hal ini dapat dipengaruhi oleh keadaan geografi, topografis, politik,ekonomi dan kebudaya dalam suatu daerah dimana bahasa itu dipakai. Faktor-faktor tersebut itulah yang dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan sebuah bahasa seperti terjadinya perbedaan dialek.

Istilah dialek atau yang lebih umum dikenal sebagai logat, berasal dari kata Yunani dialektos.istilah ini dipakai untuk menggambarkan perbedaan-perbedaan kecil yang terdapat dalm satu bahasa (Ayatrohadi,1997:2). Ada pun ciri utama dialek ialah perbedaan dalam kesatuan, dan kesatuan dalam perbedaan, artinya dalam satu bahasa terdapat perbedaan kecil dalam penggunaan bahasa namun perbedaan yang ada itu tidak membbuat penuturnya merasa berbeda dalam memahami bahasa itu. Ciri lain dari dialek adalah adanya seperangkat bentuk ujaran yang berbeda, yang memiliki cirri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, dan dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa (Meilt dalam Ayatrohadi 1997:2).

Dalam dialek terdapat lima macam pembeda, yaitu:

1. Perbedaan Fonetik, polimorfisme, atau alofonik.

Biasanya si pemakai dialek atau bahasa itu tidak menyadari adanya perbedaan tersebut.perbedaan fonetik itu terjadi pada vocal maupun pada konsonan.

2. Perbedaan semantik

terciptanya kata-kata baru, berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk serta pergeseran makna kata tersebut, misalnya, pemberian satu nama untuk linambang (yang diberi lambing) yang berbeda pemberian nama yang sama untuk hal yang berbeda dibeberapa tempat yang berbeda.

3. Perbedaan onomasiologis

pemberian nama yang berbeda berdasarkan konsep yang diberikan ditempat yang berbeda.

4. Perbedaan semasiologis

pemberian nama yang sama untuk konsep yang berbeda

5. Perbedaan morfologis

terjadi karena adanya pembatasan system tata bahasa oleh frekuensi morfem-morfem yang berbeda, oleh kegunaan yang berkerabat oleh wujud fonetisnya, oleh daya rasanya dan oleh sejumlah faktor lainya.

Di Nusa Tenggara Timur terdapat beraneka rangam bahasa daerah yang tentunya terdapat pula bermacam-macam dialek. Dalam tulisan yang sederhana ini akan dipaparkan sebuah laporan penelitian mini tentang bilangan dasar dalam bahasa Abui, bahasa kabola, bahasa Binongko yang semuanya terdapat di pulau Alor.

II. Pembahasan

2.1. Berikut ini adalah data bilangan dasar dari bahasa yang diteliti:

a. Bahasa Padang Alang

Nomor

Bahasa Abui besar

Fonetis

Artinya

1

nok

/nok/

Satu

2

ok

/ok/

Dua

3

su

/su/

Tiga

4

biyat

/biyat/

Empat

5

gisang

/gisang/

Lima

6

tama

/tama/

Enam

7

gisang ok

/gisang - ok/

Tujuh

8

gisang su

/gisang-su/

Delapan

9

gisang biyat

/gisang – biyat/

Sembilan

10

karnok

/karnok/

Sepuluh

11

Karnok wawii nok

/karnok wawii nok/

Sebelas

12

karnok wawii ok

/karnok wawii ok/

Dua belas

13

karnok wawii su

/karnok wawii su/

Tiga belas

14

karnok wawii biyat

/karnok wawii biyat/

Empat belas

15

karnok wawii gisang

/karnok wawii gisang/

Lima belas

16

karnok wawii tama

/karnok wawii tama/

Enam belas

17

karnok wawii gisang ok

/karnok wawii gisang ok/

Tujuh belas

18

karnok wawii gisang su

/karnok wawii gisang su/

Delapan belas

19

karnok wawii gisang biyat

/karnok wawii gisang biyat/

Sembilan belas

20

kar ok

/kar - ok/

Dua puluh

Mencermati data dalam table diatas, dapat di ketahui bilang dasar dalam bahasa Padang alang adalah 1(satu) sampai dengan 6 (enam), yaitu : ‘ nok, ok, su, biyat, gisang, tama’. bilang selanjutnya merupakan bilangan bentukan yang terjadi melalui penambahan bilangan-bilangan dasar.

Contohnya:

7 : gisang ok

lima dua

9 : gisang biyat

lima empat

Jadi dari contoh diatas kita dapat memahami bahwa bilangan 7 merupakan penambahan 5 + 2, dan bilangan 9 adalah penambahan bilangan 5 + 4.

Bilangan 11 sampai dengan 19 merupakan penggabungan bilangan sepuluh dan bilangan dasar yang ditandai dengan morfem terikat wawii , sehingga bilangan 11 terbentuk dari kar – nok – wawii – nok. kar : morfem penanda (puluhan), nok : bilangan dasar 1 (satu), wawii : morfem penanda (belasan), nok : bilangan dasar 1 (satu). contoh lain:

12 : kar nok wawii ok

puluhan satu belasan dua

15 : kar nok wawii gisang

puluhan satu belasan lima

17 : kar nok wawii gisang ok

puluhan satu belasan lima dua

19 : kar nok wawii gisang biyat

puluhan satu belasan lima empat

Morfem wawii bukanlah nama sebuah bilangan tetapi morfem ini akan selalu hadir dalm pembentukan bilangan belasan, sehingaga dapat kita katakan bahwa wawii merupakan morfem terikat yang membentuk makna belasan.

Demikian juga dengan bilangan puluhan yang ditandai dengan penambahan morfem terikat ‘kar’, sehingga bilangan 20 disebut kar ok, yaitu pengabungan sepuluh dan dua, bilangan 30 disebut kar su, bilangan 40 disebut kar biyat, begitu juga dengan bilangan puluhan lainya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa morfem kar- merupakan merfem terikat penanda bilangan puluhan yang akan bermakna puluhan bila digabungkan dengan bilangan dasar.

Berdasarkan data dan analisis morfologis diatas dapat disimpulkan bahwa dalam bahasa Abui Subo hanya terdapat bilangan dasar 1 (satu) sampai dengan 6 (enam), sedangkan bilangan 7 (tujuh) dan seterusnya merupakan bilangan bentukan yang terdiri dari bilangan – bilangan dasar.

2.) Bilangan dasar Bahasa Abui

Nomor

Bahasa Abui besar

Fonetis

Artinya

1

nuku

/nuku/

Satu

2

aki

/aki/

Dua

3

sua

/sua /

Tiga

4

buti

/buti /

Empat

5

jeting

/jeting

Lima

6

talama

/talama/

Enam

7

jeting aki

/jeting aki/

Tujuh

8

jeting sua

/jeting sua/

Delapan

9

jeting buti

/jeting buti/

Sembilan

10

karnuku

/karnuku/

Sepuluh

11

karnuku wal nuku

/karnuku wal nuku/

Sebelas

12

karnuk wal aki

/karnuk wal aki/

Dua belas

13

karnuk wal sua

/karnuk wal sua /

Tiga belas

14

karnuk wal buti

/karnuk wal buti/

Empat belas

15

karnuk wal jeting

/karnuk wal jeting/

Lima belas

16

karnuk wal talama

//karnuk wal talama/

Enam belas

17

karnuk wal jiting aki

/karnuk wal jiting aki/

Tujuh belas

18

karnuk wal jeting sua

/karnuk wal jeting sua/

Delapan belas

19

karnuk wal jeting buti

/karnuk wal jeting buti/

Sembilan belas

20

karaki

/kar’aki/

Dua puluh

Dari tabel data diatas, kita dapat mengetahui secara cepat bahwa bilang dasar dalam bahasa Abui adalah 1(satu) sampai dengan 6 (enam), yaitu : ‘nuku, aki, sua, buti, jeting, talama’. Bilang selanjutnya merupakan bilangan bentukan yang terjadi melalui penambahan bilangan-bilangan dasar.

Contohnya:

8 : jeting sua

lima tiga

9 : jeting buti

lima empat

Jadi dari contoh diatas kita dapat memahami bahwa bilangan 8 merupakan penambahan 5 + 3, dan bilangan 9 adalah penambahan bilangan 5 + 4.

Untuk membentuk bilangan belasan terjadi bentukan baru dari bilangan dasar yang ditandai dengan morfem terikat wal , sehingga bilangan 11 terbentuk dari karnuku wal nuku. kar : morfem penanda (puluhan), nuku : bilangan dasar 1 (satu), wal : morfem penanda (belasan), nuku : bilangan dasar 1 (satu). contoh lain:

12 : kar nuk wal aki

puluhan satu belasan dua

15 : kar nuk wal jeting

puluhan satu belasan lima

17 : kar nuk wal jiting aki

puluhan satu belasan lima dua

19 kar nuk wal jeting buti

puluhan satu belasan lima empat

Morfem wal bukanlah nama sebuah bilangan tetapi morfem ini akan selalu hadir dalm pembentukan bilangan belasan, sehingaga dapat kita katakan bahwa wal merupakan morfem terikat yang membentuk makna belasan.

Dari data diatas dapat kita lihat adanya penggabungan morfem kar- dan kata dasar nuku, sehingga membentuk kata baru karnuk yang terjadi setelah bilangan 11 sehingga bilang 12 sampai dengan 19.

Demikian juga dengan bilangan puluhan yang ditandai dengan penambahan morfem terikat ‘kar’, sehingga bilangan 20 disebut karaki, yaitu pengabungan sepuluh dan dua, bilangan 30 disebut karsua, bilangan 40 disebut karbuti, begitu juga dengan bilangan puluhan lainya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa morfem kar- merupakan merfem terikat penanda bilangan puluhan yang akan bermakna puluhan bila digabungkan dengan bilangan dasar.

Berdasarkan data dan analisis morfologis diatas dapat disimpulkan bahwa dalam bahasa Abui Subo hanya terdapat bilangan dasar 1 (satu) sampai dengan 6 (enam), sedangkan bilangan 7 (tujuh) dan seterusnya merupakan bilangan bentukan yang terdiri dari bilangan – bilangan dasar.

III. Simpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Bilangan dasar dalam bahasa padang alang dan bahasa Abui adalah bilangan 1

(satu) sampai dengan 6 (enam) saja, sedangkan bilangan 7 (tujuh) dan

seterusnya merupakan penjumlahan bilangan-bilangan dasar.

2. Pembentukan bilangan dalam bahasa Padang alang dan bahasa Abui mengikuti

sebuah sistem penjumlahan yang teratur.

2. Dalam membentuk bilangan belasan terdapat morfem penanda yaitu wawii

dalam bahasa padang alang dan wal- dalam bahasa abui.

3. Sedangkan untuk membentuk bilangan puluhan dalam kedua bahasa tersebut

terdapat kesamaan penanda yaitu morfem kar- .

Sumber data :

  1. Bahasa Padang Alang

Nama : Imanuel Lohmay

Asal : Alor (desa padang Alang)

Alamat : Kelurahan namosain

  1. Bahasa Abui

Nama : Nathan Maplani

Asal : Alor ( desa abui kecil )

Alamat : kelurahan Oepura